PUISI
Hujan Bulan Juni
Karya: Saparsi djoko damono
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Puisi
Hujan disertai tangisan
Hujan aku menyukainya
Karena rintikannya
Aku dapat mengeluarkan
Air mata tanpa terlihat
Dikala hujan ...
Tangisanku tak terbendungkan
Dan disaat itulah
Hujan disertai tangisan
Tanpa disadari ....
Air mata tercampur air hujan
Seperti tak ada kesedihan
Yang menyelimuti hati
Dan biarlah hujan menjadi saksi bisu
Sekaligus menjadi penghapus rindu
Luka dan tangisku
Tanpa seorang pun yang tahu
Rindu
Ada pertemuan ada perpisahan
Dan disaat itulah jarak pun datang
Yang memisahkan satu sama lain
Dan menciptakan rasa yang disebut rindu
Yang hanya di obati oleh temu
Sabar untuk bertemu
Tuk berjumpa sang pengobat rindu
Meluapkan semua asaku
Cinta menjadi benci
Duluku membencimu dan
Tiada hari tanpa pertengkaran
Tiada hari tanpa kata kata kasar
Cibiran dan cacian terlontarkan
Lama kelamaan semua berubah
Bila tiada dia semua terasa hampa
Bila tiada dia semua terasa sepi
Tiada semangat menyelingkupi diri
Apakah aku rindu? Entahlah
Bila itu benar semua terasa gila
Apakah hatiku berubah?
Mungkin iya cinta sedikit tercipta
Mengapa menjadi begini
Rasa yang melelahkan hati
Tidak mungkin semua ini adalah
Benci menjadi cinta.
Karya: Dini andini