Senin, 04 November 2019

Teks ceramah


TEKS CERAMAH

3. Kaidah Kebahasaan Dalam Teks Ceramah

a. Kalimat Imperatif
Uraian isi ceramah biasanya mengandung kalimat kalimat yang berisi perintah larangan, permintaan, ajakan, dan harapan. Kalimat-kalimat tersebut dapat digolongkan dalam kalimat imperatif. Kalimat imperatif adalah Kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan sesuatu. Kalimat imperatif disebut juga kalimat perintah. Kalimat imperatif diakhiri tanda seru. Kalimat imperatif biasanya diucapkan dengan nada tinggi.
Jenis kalimat imperatif atau kalimat perintah dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Perintah biasa
Kalimat imperatif perintah biasa adalah kalimat perintah yang menggunakan intonasi yang bervariasi mulai dari perintah yang lunak sampai dengan yang  sangat keras.
Contoh:
Kerjakanlah pekerjaan yang mudah terlebih dahulu!
2) Permintaan
Kalimat imperatif permintaan merupakan kalimat perintah halus karena orang yang menyuruh bersikap merendah. Kalimat permintaan biasanya menggunakan kata tolong.
Contoh:
Tolong sampaikan keluhan kami kepada pimpinan anda!
3) Mengizinkan
Kalimat imperatif mengizinkan adalah kalimat perintah biasa yang ditambahkan dengan pernyataan yang mengungkapkan pemberian izin.
Contoh:
 Silakan mengambil barang-barang yang anda butuhkan!
4) Ajakan
Kalimat imperatif ajakan merupakan kalimat perintah yang didahului oleh kata-kata ajakan, seperti marilah, Baiklah, dan ayo.
Contoh:
 Ayo, kita tanamkan sikap disiplin dalam kehidupan!
5) Besyarat
Kalimat imperatif bersyarat adalah kalimat perintah yang mengandung syarat untuk terpenuhinya sesuatu.
Contoh:
 Bantulah mereka, pasti beban anda akan berkurang!
6) Sindiran
Kalimat imperatif sindiran adalah kalimat perintah yang mengandung ejekan karena yakin bahwa yang diperintahkan tidak akan mampu melaksanakan yang diperintahkan.
Contoh:
Masukkan tangan anda ke dalam tumpukan es itu jika ingin merasakan beku!
7) Larangan
Kalimat imperatif larangan merupakan kalimat perintah yang melarang seseorang melakukan sesuatu. Pada umumnya kalimat ini menggunakan kata dilarang atau jangan.
Contoh:
Jangan membuat keributan di tempat ibadah!
8) Saran
Kalimat perintah yang bermakna menyuruh atau meminta seseorang melakukan sesuatu dengan cara memberikan saran. Kalimat ini ditandai dengan kata seharusnya dan sebaiknya.
Contoh:
Sebaiknya anda belajar menghormati orang yang lebih tua.
b. Kata Ganti
Dalam ceramah biasanya digunakan kata ganti orang pertama tunggal dan orang kedua jamak sebagai sapaan. Kata ganti orang pertama, yaitu saya dan aku.  Penceramah yang mengatasnamakan kelompok dapat menggunakan kata ganti kami. Kata sapaan yang sering digunakan, misalnya hadirin, kalian, bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara.
Contoh:
Saudara-saudara, Mari kita tingkatkan kebiasaan untuk menjaga kebersihan di sekitar lingkungan rumah tinggal.
c. Kata-Kata Teknis/Peristilahan
Kata-kata teknis atau peristilahan bisa digunakan dalam ceramah. Kata-kata teknis atau peristilahan tersebut berhubungan dengan topik yang dibahas. Apabila ceramah tersebut membahas masalah medis, istilah atau kata yang muncul, misalnya aborsi, anemia, diabetes kanker, dan kronis.
Contoh:
 Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk. DBD disebut juga penyakit break Bone karena kadang menyebabkan nyeri sendi dan otot yang menyebabkan tulang terasa retak. DBD paling banyak ditemukan Selama musim hujan dan setelah musim hujan di area tropis dan subtropis. Ada tiga jenis demam berdarah klasik, dengeu hemorrhagic fever, dan dengeu shock syondrome.
Setiap jenis DBD memiliki gejala yang berbeda.
d. Kata Kerja Mental
Kata kerja mental adalah kata kerja yang terdiri atas kata kerja yang menerangkan persepsi, afeksi, dan kognisi. Kata kerja persepsi adalah kata kerja yang berkaitan dengan pancaindra. Kata kerja afeksi berkaitan dengan perasaan psikologis, seperti marah, sedih, khawatir, dan senang. Kata kerja kognisi berkaitan dengan proses memahami sesuatu, seperti berpikir, mengerti, memahami, memperkirakan, dan menduga.
Contoh:
Kita harus bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang.
e. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang memiliki hubungan bertingkat antara klausa atau kalimat yang membentuknya. Artinya, kalimat yang satu menerangkan kalimat yang lain. Dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat induk kalimat dan anak kalimat. Induk kalimat merupakan bagian yang di anggap lebih tinggi kedudukannya daripada anak kalimat.
Berikut jenis dan contoh kalimat majemuk bertingkat.
1) Hubungan “waktu”
Kalimat majemuk hubungan waktu menunjukan adanya hubungan waktu antara induk kalimat dengan anak kalimat. Kalimat majemuk ini ditandai dengan kata penghubung sejak, ketika, sebelum, hingga, selama, sesudah, sampai, sambil.
Contoh:
Orang tua mengajarkan sikap disiplin sejak kecil.
2) Hubungan “syarat”
Kalimat majemuk hubungan syarat menyatakan bahwa anak kalimat sebagai syarat terlaksananya induk kalimat. Kalimat majemuk ini ditandai dengan kata penghubung jika, kalau, asalkan, apabila.
Contoh:
Apabila sikap tanggung jawab sudah melekat pada diri sendiri, kita akan merasa tenang dalam melakukan sesuatu.
3) Hubungan “ pengandaian”
Kalimat majemuk hubungan pengandaian menyatakan bahwa anak kalimat sebagai andaian atau impian jika terlaksananya induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan yaitu seandainya, andaikan, sekiranya.
Contoh:
Pendidikan karakter anak dapat terbentuk dengan baik seandainya orang tua dapat bersungguh-sungguh dalam mendidik anak-anaknya.
4) Hubungan ‘tujuan’
Kata majemuk hubungan tujuan menyatakan bahwa anak kalimat sebagai tujuan atau harapan terlaksananya induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan yaitu agar, supaya, biar, untuk.
Contoh:
Nilai-nilai kesopanan perlu ditanamkan agar anak mengerti cara berperilaku yang sopan kepada orang lain.
5) Hubungan ‘konsesif’
Kata majemuk hubungan konsesif menyatakan bahwa anak kalimat tidak akan mengubah yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kalimat majemuk ini ditandai dengan kata penghubung walaupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, kendatipun.
Contoh:
Walaupun berat, kita harus menanamkan sifat jujur
6) Hubungan ‘perbandingan’
Kalimat majemuk hubungan perbandingan menyatakan bahwa anak kalimat sebagai perbandingan atau mirip dengan induk kalimat. Kalimat majemuk ini menggunakan kata penghubung seperti, ibarat, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alih.
Contoh:
Hidup itu ibarat roda yang berputar.
7) Hubungan ‘sebab’ atau ‘alasan’
Kalimat majemuk hubungan sebab atau alasan menyatakan bahwa anak kalimat sebagai sabab atau alasan terjadinya induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan yaitu sebab, karena, akibat, oleh karena.
Contoh:
Kita harus menerima segala sesuatu rasa syukur karena Allah Swt. Akan menambah nikmat.
8) Hubungan ‘akibat’ atau ‘alasan’
Kalimat majemuk hubungan akibat atau hasil menyatakan bahwa anak kalimat sebagai hasil atau akibat yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang menandai yaitu sehingga, sampai, maka, sampai-sampai.
Contoh:
Pada saat ini generasi muda mulai menginggalkan bahasa daerah sehingga bahasa daerah mulai punah.
9) Hubungan ‘cara’
Kalimat majemuk hubungan cara menyatakan bahwa anak kalimat sebagai cara pelaksanaan dari yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kalimat majemuk ini ditandai kata penghubung dengan, tanpa.
Contoh:
Maisa membuat laporan itu dengan teliti.
10) Hubungan ‘sangkalan’
Kalimat majemuk hubungan sangkalan menyatakan bahwa anak kalimat merupakan penyangkalan yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan yaitu seolah-olah, seakan-akan.
Contoh:
Jihan terlihat bahagia seolah-olah tidak ada masalah yang menimpanya.
11) Hubungan ‘kenyataan’
Kalimat majemuk hubungan kenyataan menyatakan bahwa anak kalimat sebagai kenyataan yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan yaitu padahal, sedangkan.
Contoh:
Helmi pura-pura bahagia, padahal hatinya terluka.
12) Hubungan ‘penjelasan’ atau ‘komplementasi’
Kalimat majemuk hubungan penjelasan atau komplementasi menyatakan bahwa anak kalimat melengkapi yang dinyatakan dalam verba induk kalimat. Kalimat majemuk ini ditandai dengan kata penghubung bahwa.
Contoh:
Karina mengatakan bahwa permasalahan dalam hidup itu memberikan banyak arti.
13) Hubungan ’atributif’
Kalimat majemuk hubungan atributif menyatakan bahwa anak kalimat sebagai atribut atau pewatas yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kalimat majemuk ini ditandai dengan kata penghubung yang.
Contoh:
Nenek yang duduk di samping ibu, telah berusia 90 tahun.
14) Hubungan ‘lebih’
Kalimat mejemuk hubungan lebih menyatakan bahwa anak kalimat melebihi yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan kalimat mejemuk ini yaitu bahkan.
Contoh:
Huda anak nakal, bahkan ia berani membantah orang tua.
15) Hubungan ‘perkecualian’
Kalimat majemuk hubungan perkecualian menyatakan bahwa anak kalimat merupakan perkecualian dari pernyataan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan yaitu kecuali, selain.
Contoh:
Semua permainan di taman bermain boleh digunakan, kecuali bianglala.

4. Simpulan isi ceramah
Mendengarkan ceramah tidak hanya membutuhkan konsentrasi sepanjang ceramah berlangsung. Materi ceramah biasanya berisi aspek-aspek penting. Namun, dari aspek-aspek penting tersebut ada yang bisa dicatat sebagai inti atau pokok-pokok isi ceramah. Selain catatan tentang pokok-pokok ceramah itu sangat berguna, mencatat pada saat mendengarkan ceramah bisa menjadi sarana menjaga keilmiahan ceramah.
Pada akhir kegiatan mendengarkan ceramah, anda harus dapat membuat simpulan tentang isi ceramah yang telah didengarkan. Kegiatan ini tentu dilakukan sebagai pengukur apakah ceramah yang disimak dapat dipahami atau tidak. Kegiatan menyimpulkan isi ceramah diawali dari hasil catatan pokok isi ceramah dan membuat simpulanmya. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menyimpukan isi ceramah sebagai berikut.
a. Simpulan harus memuat seluruh pokok ceramah.
b. Simpulan tidak menyimpang dari isi ceramah.
c. Simpulan bukan komentar, melainkan ringkasan isi ceramah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar